Harga jagung pada Mei 2022 terpantau mengalami penurunan di beberapa daerah. Disebutkan dalam data yang dirangkum oleh Direktorat Pakan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan harga jagung dengan KA (kadar air) 15 % di Jawa Timur mengalami penurunan sebanyak Rp243 per kg. Sebelumnya, pada 4/22 harga jagung di Jatim sebesar Rp5.890 per kg, pada 5/22 harga jagung menyentuh level Rp5.647 per kg.
Hal tersebut diamini oleh Muhammad Fajrin, Praktisi Perunggasan. Pihaknya menyebut, tidak hanya Jatim saja yang mengalami penurunan harga jagung. “Jawa Tengah, Jawa Barat dan Lampung juga mulai turun harga jagungnya,” terang dia.
Harga paling rendah pada Juni 2022, lanjut Fajrin, ada di Jatim dan Jateng dengan harga jagung mencapai Rp4.400 per kg (KA 17 %). Sedangkan di Jabar, jagung yang memiliki KA 15 % dihargai Rp5.200 per kg. Akhir Mei 2022 harga jagung di Jabar masih bertahan Rp5.400 per kg, namun ketika memasuki awal Juni harga mulai turun di kisaran 4.500-4.800 per kg.
Kondisi ini ternyata membuat petani dan pengepul jagung waswas. Pasalnya, silo-silo pabrik pakan juga sedang dalam kondisi terisi penuh. Bahkan beberapa pabrik pakan sampai menolak jagung. Fajrin tak memungkiri, saat ini kondisi suplai jagung memang melimpah, karena pada bulan ini (7/22) terjadi panen raya jagung di berbagai daerah. “Efeknya ke petani jadi serba salah, jagung murah salah, jagung mahal salah,” selorohnya.
Saat ini tak sedikit yang menjalankan skema jagung 2 harga. Di Jabar misalnya, harga pasaran jagung sebesar Rp5.200 per kg, apabila pembelian agen atau pengepul harganya bisa mencapai Rp4.000 per kg. Fajrin pun memprediksi akan masih terjadi penurunan harga jagung beberapa pekan ke depan.
Beralih ke Self Mixing
Meski harga jagung turun, nampaknya belum dapat menurunkan harga pakan. Salah satu komponen penting lain dalam pakan ayam adalah bungkil kedelai yang tersedia melalui impor belum juga menunjukkan tren untuk kembali pada harga di awal 2022 sebesar Rp7-8 ribu per kg. Harga per Juli 2022, bungkil kedelai menyentuh Rp9.500 per kg. Kondisi ini diperparah dengan masih berlangsungnya konflik Rusia – Ukraina yang menyulut isu krisis pangan dunia.
Fajrin menuturkan, bungkil kedelai sempat menyentuh angka tertinggi di harga Rp13 ribu per kg. Kondisi tersebut otomatis membuat para importir menyetop sementara impor bungkil kedelai mereka. “Karena peternak tidak mungkin ambil bungkil kedelai semahal itu. Kalau pabrik pakan masih berani karena tidak ada pilihan lain,” terangnya.
Harga bahan baku pakan yang meningkat secara langsung mempengaruhi harga jual pakan yang ikut terkerek. Sepanjang semester pertama 2022 Fajrin mencatat telah terjadi kenaikan harga pakan 4-5 kali dengan jumlah total selisih harganya mencapai Rp1.400 per kg dari harga tahun sebelumnya (2021). Untuk pakan layer (ayam petelur), pihaknya mencatat harga rata-rata mencapai Rp7.300 per kg dan masih akan stabil ke depannya.
Kondisi ini memaksa peternak layer untuk beralih ke self mixing (mencampur pakan sendiri) agar dapat menghasilkan margin dan mampu bertahan. Peternak masih mengambil konsentrat dari pabrik pakan, sementara untuk jagung dan bahan lainnya dicampurkan sendiri sesuai dengan keinginan peternak. (RZ)