Harga Pakan Udang Terus Merangkak Naik

Tahun 2022 baru memasuki bulan ke-4, tetapi harga pakan udang sudah 2 kali naik. Setelah  2 tahun sebelumnya digempur pandemi covid-19 yang membuat supply terganggu karena keterbatasan vessel dan container, kini giliran konflik perang Rusia-Ukraina yang juga menjadi faktor melambungnya harga-harga bahan baku pakan udang dan berujung pada kenaikan harga pakan.

Head of Marketing & Sales Shrimp Feed PT Suri Tani Pemuka, Julius Roland Sebastian kepada PakanPabrik.com mengatakan, pakan udang bahan bakunya bergantung pada komoditas. Sementara, sudah sejak awal covid komoditas bahan baku harganya naik semua kemudian diperparah dengan perang Rusia-Ukraina yang menyebabkan supply chain semakin terganggu. Selain supply-nya terganggu, jumlahnya juga semakin sedikit karena beberapa komoditas tidak bisa keluar dari Ukraina. “Mau tidak mau seluruh harga pakan yang masih menggunakan komoditas-komoditas ini pasti akan terimbas naik,” jelasnya.

Roland mengklaim, untuk kenaikan harga pakan udang bisa berbeda-beda karena strategi tiap pabrik pakan juga berbeda, tapi kisarannya di 5-12%. Tetapi lanjutnya, kenaikan harga bahan baku bisa lebih dari itu. Ia mencontohkan, yang paling awal naik adalah SBM, lalu ketika sudah mulai stabil bahan-bahan baku yang makro seperti fishmeal, protein nabati, DDGS, wheat, fish oil, dan semua additive-nya ikut naik.

Tambak udang

Untuk pakan udang, diakui Roland  tahun ini sudah 2 kali naik harga. Tapi menurutnya kenaikan itu masih belum sebesar kenaikan dari raw material/ bahan bakunya. “Jadi tidak semua kenaikan RM kita teruskan ke customer, sebagian kita serap sendiri. Misalnya kita akan serap kenaikan sampai pada titik kita tidak punya ruang untuk menyerap lagi, jadi mau gak mau harga pakannya yang dinaikkan. Tentu itu dilakukan pabrik pakan untuk menjaga kualitas pakannya,” klaim Roland.

Lihat: Cara Budidaya Udang Vaname

Substitusi Bahan Baku

Ukraina adalah salahsatu penghasil gandum terbesar di dunia. Sekitar 25% gandum yang beredar di dunia di tanam di Ukraina. Pada saat perang, port/ pelabuhan di Ukraina di blok oleh Rusia sehingga kapal tidak bisa lewat dan menyebabkan supply terhenti. Hal ini menyebabkan pengguna gandum mencari alternatif dari negara lain yang kebanyakan sudah mempunyai pasar atau pembeli sendiri.

Untuk menyiasatinya, mereka mencari substitusi atau mengganti penggunaan gandum yang bisa dilakukan dengan menambah SBM, DDGS, dll. Ini yang menyebabkan supply SBM yang sudah sempat stabil mulai terganggu lagi karena diserbu untuk me-replace kebutuhan 25% gandum ini. Menurut Roland, justru yang menjadi concern bukan hanya dari sisi logistik gandum yang terhambat. Tetapi jika perang berkepanjangan maka bisa melewatkan masa tanam yang berikutnya di Ukraina. Dan jika sudah terlewat bisa-bisa tidak ada gandum. “Itu yang jadi concern ke depannya mengingat kebutuhan komoditas ini untuk ketahanan pangan baik di manusia maupun untuk hewan ternak,” jelasnya.

Saat ini, kebutuhan gandum untuk pakan udang jika di total dengan SBM sebagai substitusi cukup besar bisa mencapai 25%. Sementara ini, pabrikan pakan mencoba replacing bahan baku dengan apapun yang available di market. Tetapi karena tidak mau kompromi dengan kualitas maka terpaksa harga pakan harus dinaikkan. Sebetulnya, kata Roland, kenaikan masih cukup wajar jika dilihat dari HPP. Dengan kenaikan harga pakan 1.000-1.500 rupiah maka akan menyebabkan kenaikan 3.000-5.000 rupiah di HPP, sementara margin yang didapatkan masih cukup menjanjikan. “Tinggal bagaimana kita mau optimalkan budidayanya. Nah itu mungkin dari sisi service yang bisa diberikan oleh pabrikan agar tidak hanya sekedar menjual pakan, tapi juga memberi bantuan teknis maupun solusi bagi pelanggan agar budidaya masih terjaga dan profit petambak bisa tetap maksimal,” urainya.

Terakhir, Roland menyampaikan harapannya pada pemerintah agar bisa membantu menstabilkan supply. “Sekarang sudah bukan soal harga, tapi ketersediaannya yang diharapkan dari pemerintah agar bisa melakukan G to G Agreement untuk mengamankan supply di dalam negeri,”pungkasnya.

Share your love
Utari Dewi
Utari Dewi

9 tahun berkarir sebagai marketing di salahsatu media agribisnis peternakan dan perikanan nasional dengan expertise penulisan advertorial. Saat ini fokus sebagai freelance writer & project event di sektor peternakan dan perikanan.

Articles: 28
Chat WA
1
Mau Bertanya?
Hi, bisa saya bantu?