Strategi Pemberian Pakan Sapi Perah Periode Laktasi

Produksi susu selalu menjadi persoalan bagi peternak sapi perah. Banyak cara dilakukan agar produksi susu meningkat salah satunya melalui strategi pemberian pakan. Hal ini pula yang dibahas dalam webinar yang diselenggarakan NuFeed Dairy Campus secara daring beberapa waktu lalu. Salah satu pembicara yang fokus membahas tentang strategi pakan adalah Amin Sutiarto, Ruminant Account Manager PT. Trouw Nutrition Indonesia. Berikut tipsnya.

Masa Laktasi Awal

Pada masa awal laktasi yakni 100 hari pertama setelah pemerahan, menurut Atok – sapaan akrab Amin Sutiarto, paling tidak bahan kering yang dibutuhkan sapi dapat mencapai 3,5 % bobot hidup. Bergantung pada bobot hidup sapi, ia menjelaskan,  jika sapi PFH (peranakan Friesian Holstein) dengan bobot sekitar 400-500 kg tentu tidak sama dengan sapi peranakan impor. “Tentunya dengan persentase tersebut jadi target utama. Adapun hijauan yang disarankan adalah rumput gajah muda dan silase jagung,” jelas Atok.

Protein dalam ransum, lanjut dia,  juga menjadi target penting. Karena pakan yang hendak digunakan pada masa tersebut adalah yang tinggi energi dan tinggi protein. Penting pula untuk memberikan suplemen berupa vitamin dan mineral. Hal ini lantaran asupan keduanya dari pakan hijauan masih kurang. Atok berpesan, bila dalam konsentrat sudah termasuk vitamin dan mineral, akan lebih memudahkan peternak karena hanya tinggal mencampur saja.

Selanjutnya, kadar protein kasar pada pakan disarankan minimal sebanyak 18 %. Jika lebih tinggi akan lebih baik namun perlu diingat untuk selalu memperhatikan produksi susu sapi yang diternakkan. Agar lebih efisien, maka penambahan porsi konsentrat dalam ransum disarankan oleh Atok dilakukan secara bertahap. Respon sapi perah terhadap kandungan protein ransum yang mudah diamati adalah dilihat dari naiknya produksi susu.

Pengelolaan mineral makro juga perlu diperhatikan, Atok menekankan perhatian lebih pada fase fresh. “Harus dicapai angka positif DCAD (Dietary Cation-Anion Difference) +35 sampai +45 mEq/100 g DM,” terang dia.

Guide Box :

DMI : 3,5 % bobot hidup (18 – 23 kg/ekor/hari)

CP ransum : 18 %

Energi : NEL (1,6 – 1,8 Mcal/kg DM)

Masa pertengahan dan akhir laktasi

Pemberian pakan sapi perah pada periode pertengahan dan akhir laktasi tentunya akan berbeda dengan pakan pada 100 hari awal laktasi. Pada periode pertengahan laktasi yang dimulai dari umur 101 – 200 hari untuk mid laktasi dan 201 – 300 hari untuk late laktasi, Atok menyarankan peternak mengatur kadar energi dan protein dalam ransum sesuai dengan kebutuhan sapi yang didasarkan pada tingkat produksi susu.

Sementara untuk hijauan, ia menyarankan untuk menggunakan hijauan dengan kualitas baik agar sapi dapat menghasilkan banyak susu. Perlu diingat, bahan pakan kaya serat akan menghasilkan lebih banyak susu.

foto by freepik.com/ @aleksandarlittlewolf

Dalam memilih konsentrat, disarankan Atok, untuk menggunakan konsentrat berenergi tinggi dengan tingkat protein yang sedang yakni sekitar 16 %. Jumlah pakan konsentrat yang diberikan sebaiknya mengikuti produksi susu dan kondisi tubuh atau BCS.

Guide Box :

DMI :

Mid Lact : 3,0 – 3,3 % BW / 18 – 20 kg/ekor/hari

Late Lact : 2,8 – 3,0 % BW / 16 – 18 kg/ekor/hari

CP Ration:

Mid Lact : CP 17 – 18 %

Late Lact : CP 16 – 17 %

Energi :

Mid Lact : NEL (1,5 – 1,7 Mcal/kg DM)

Late Lact : NEL (1,4 – 1,5 Mcal/kg DM)

Masa Kering

Sapi perah memasuki masa kering “Far Off” ketika masuk 2 bulan – 21 hari sebelum melahirkan. Di fase ini, faktor yang perlu diperhatikan adalah kadar kalsiumnya, dimana umumnya didapat dari batu kapur. “Karena ketika di fase transisi ini harus dikelola baik untuk kation dan anionnya. Bilamana dia ditemukan positif, maka harus diturunkan agar negatif. Kation biasanya bersumber dari garam dan natrium bikarbonat,” terang Atok.

Ketika masa kering “Far Off”, hijauan yang digunakan cukup yang memiliki banyak serat dan berkualitas sedang. Kandungan protein kasar yang diperlukan adalah 14 %. Sama seperti pada fase lainnya, di fase ini suplementasi vitamin dan mineral juga perlu diperhatikan.

Selain kalsium, kadar kalium (K) pada hijauan juga harus diperhatikan. Pemberian mineral dengan kalsium rendah diyakini Atok mampu mencegah terjadinya risiko hipocalcemia atau demam susu.

Guide Box :

MASA KERING “FAR OFF”

DMI : 2,5 – 2,8 % / 15 – 16 kg/ekor/hari.

CP Ransum : 14 – 15 %

Energi : ME 1,45 Mcal/kg DM

Berikutnya, sapi perah akan masuk pada masa kering “Close Up” yang dimulai sejak 21 hari menjelang melahirkan. Pada fase ini justru berbeda dengan sebelumnya, hijauan yang Atok sarankan untuk diberikan pada sapi perah adalah yang memiliki kualitas baik. Tentu, peternak tetap harus memperhatikan kadar kalium dalam hijauan. Konsentrat yang digunakan disarankan memiliki kandungan protein kasar sebanyak 16 %.

Adapun pemberian pakan konsentrat, frekuensi pemberiannya dapat ditingkatkan mulai dari 2 minggu sebelum melahirkan hingga tanggal perkiraan melahirkan. Hal penting lainnya adalah dengan mengelola mineral makro penting yang dibutuhkan oleh sapi perah untuk meningkatkan performa ketika postpartum.

Perbedaan kation dan anion dalam ransum harus dicapai negatif dengan rentang nilai DCAD -8 sampai -12 mEq/100g DM. Adapun untuk langkah yang dapat dilakukan adalah dengan menambahkan klorida atau sulfur yang keduanya merupakan garam anion. “Namun karena ini sifatnya tidak palatable, maka kita harus memonitor juga, dikhawatirkan akan terjadi penurunan feed intake,” terang Atok.

Salah satu indikator yang dapat digunakan oleh peternak  untuk mengukur pH metabolisme yang menunjukkan seberapa efektif pakan yang diberikan, yakni mengamati pH urin sapi. Apabila didapati pH yang terlalu tinggi maka Atok menyarankan untuk memberikan garam anion. Beberapa garam anion yang dapat diberikan ke sapi perah adalah kalsium klorida, kalsium sulfat, magnesium sulfat, magnesium klorida, amonium klorida dan amonium sulfat. Sehingga negatif yang dicapai sebesar -100 mEq/kg DM sampai -200 mEq/kg DM.

Guide Box :

MASA KERING “Close Up”

DMI : 2,2 – 2,5 % Bobot Hidup (13 – 16 kg/ekor/hari)

CP ransum : 14 – 16 %

Energi ME : 1,45 – 1,55 Mcal/kg DM

Total Ca Limit : 38 g/ekor/hari

Agar sapi dapat makan dengan efisien, cara yang disarankan Atok adalah dengan menggunakan TMR Feed (total mixed ration), yakni berupa pakan yang dicampur antara hijauan dan konsentrat termasuk didalamnya ada vitamin dan mineral. Menurutnya, cara ini memberikan kondisi yang homogen dan seimbang sehingga bisa juga mengurangi risiko asidiosis. “Karena pH dalam rumen akan stabil dimana serat dari hijauan inilah yang menstimulasi sapi untuk mengunyah sehingga menghasilkan saliva sebagai buffer untuk rumen sehingga tidak terjadi asidosis,” ujarnya menerangkan.

Metode TMR

TMR Feed, lanjut dia, membuat sapi tidak bisa memilih pakan karena semua sudah dicampur dalam pakan tersebut. Sehingga mengurangi sisa pakan yang mungkin terjadi. Secara target keseluruhan, penggunaan TMR feed dapat mengefisienkan waktu.

Hal lain yang sangat penting adalah tersedianya air minum secara ad libitum yakni secara tak terbatas. Kebutuhan air untuk produksi 1 liter susu adalah 5,1 liter air. Setidaknya dalam 1 hari, sapi perah dapat minum sebanyak 50 – 200 liter tergantung jenis, ukuran, bobot badan dan fase ternak. Sapi non laktasi memerlukan setidaknya 50 liter air per ekor per hari. Air yang digunakan haruslah air bersih yang jernih, segar dan tawar serta aman dalam arti tidak terkontaminasi dengan bakteri patogen, pestisida, bahan beracun dan bahan kimia berbahaya lainnya. (HK)

Share your love
Pakan Pabrik
Pakan Pabrik

Pakanpabrik.com hadir guna memenuhi kebutuhan informasi seputar pakan ternak [unggas, akuakultur, swine, ruminansia dan petfood].
Dengan segmen yang sangat khusus dan spesifik, pakanpabrik.com menyajikan serba-serbi industri pakan ternak dan hewan kesayangan Anda.

Articles: 158
Chat WA
1
Mau Bertanya?
Hi, bisa saya bantu?