Nutrisi Pakan untuk Pemulihan Sapi Perah Terdampak PMK

Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) masih mewabah di beberapa tempat hingga saat ini. Melansir data dalam laman kompas.com (16/8), per 29 Juli 2022 lalu kasus PMK di Indonesia secara kumulatif mencapai 438.315 kasus yang telah menyebar di 272 kabupaten/kota di 22 provinsi. Tentu, kondisi tersebut tak lantas membuat para peternak menyerah. Para peternak berjuang agar ternaknya dapat selamat dan tak putus harap wabah ini dapat segera berlalu.

Direktur Operasional PT. Nufeed Internasional Indonesia – perusahaan pakan ternak dengan spesialisasi pakan ruminansia -, Totok Setyarto, dalam Webinar IDHSI Batch #4 yang dihelat secara daring pada 7/8 lalu menyampaikan, kerugian yang diakibatkan oleh wabah PMK mencapai angka Rp1,7 T per bulan. Wabah PMK bagi industri sapi perah berdampak pada peternak, dan ketersediaan daging dan susu secara nasional.

Menurutnya, tanpa adanya wabah PMK saja, produksi susu nasional pada 2019 – 2022 masih jauh dari konsumsi susu nasional yang pada 2022 diprediksi melebihi 1 juta ton. “Artinya produksi susu dalam  negeri masih belum menjangkau kebutuhan susu nasional. Bayangkan saja, pada 2022 prediksi defisit susu mencapai 18 ribu ton. Dengan PMK ini, minusnya pasti lebih tinggi lagi,” jelas Totok.

Sapi yang terkena PMK, lanjut Totok, pasti terdapat luka pada mulut dan kakinya. Sehingga mengakibatkan BCS (Body Condition Score) turun. Hal yang harus dilakukan pertama kali adalah penyembuhan luka yang ada pada sapi. Kedua, memperbaiki kondisi tubuh. Karena sapi yang terjangkit pasti gejala awalnya adalah tidak mau makan.

Menurut Totok, metode pemberian pakan secara tradisional tidak mungkin diterapkan untuk memperbaiki kondisi sapi perah yang terkena PMK dengan waktu yang singkat. Sebab banyak faktor yang mesti diperhatikan oleh peternak, seperti umur laktasi sapi, kondisi kebuntingan dan menyusui atau tidak. Faktor yang ada tentunya akan menentukan strategi pemulihan sapi, namun dengan prinsip yang sama yakni memasukkan kepadatan nutrisi yang cocok bagi sapi agar pemulihan berlangsung dengan cepat. Totok pun mengakui, pastinya sapi yang terserang PMK akan berbeda produksi susunya dengan sapi yang normal.

Pemberian obat saja diakui oleh Totok tidak cukup untuk menuntaskan PMK. Menurutnya penting untuk memperbaiki status gizi sapi yang terkena PMK. “Jadi, nutrisi apa yang bisa digunakan untuk meningkatkan kesembuhan sapi yang terkena PMK?” tanyanya pada peserta webinar.

Pakan untuk Pemulihan

Totok menerangkan, sapi yang terjangkit PMK akan mengalami penurunan konsumsi pakan (FI). Maka pakan untuk pemulihan didesain khusus meski dengan jumlah yang sedikit, namun kaya akan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh sapi. Apabila tidak padat nutrisi, ia meyakini proses pemulihan sapi akan berlangsung lama.

Memang, pihaknya mengakui akan ada harga lebih yang dibayar peternak untuk pakan pemulihan ini. Namun, ia mengklaim biaya tersebut masih tergolong masuk akal apabila dibandingkan dengan biaya mengganti sapi yang sakit dengan sapi yang baru. “Kecuali jika sudah parah kondisinya. Jika masih bisa diselamatkan, sebaiknya diselamatkan,” pesan Totok.

Sapi perah. Foto dok : Freepik.com

Pakan pemulihan sebaiknya mengandung elemen lengkap mulai vitamin, mineral dan protein. Vitamin yang wajib ada pada pakan pemulihan adalah A, D dan E. Di mana vitamin A digunakan untuk fungsi formasi tulang, penglihatan, dan sintesis glukosa.  Defisiensi vitamin A dapat mempengaruhi kecepatan pemulihan pada sapi.

Vitamin D sendiri berfungsi dalam metabolisme karbohidrat dan untuk penguatan tulang. Sedang Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, perbaikan struktur tulang dan reproduksi.

Selain vitamin A, D dan E, dalam pakan pemulihan perlu juga diberi biotin. Pada sapi PMK yang kukunya bermasalah, biotin dengan kadar pemberian 19-20 mg terlihat cukup baik untuk memperbaikinya.

Cukupi Kandungan Mineral

Mineral dalam pakan pemulihan juga menjadi faktor penting. Totok menggaris bawahi beberapa mineral yang dianggapnya penting ada dalam pakan pemulihan yaitu, zink, besi, dan selenium. Zink digunakan oleh tubuh sebagai metaloenzim. Aktivitas transferasi DNA – RNA juga memerlukan zat ini. Termasuk dalam metabolisme karbohidrat, lipid, penyembuhan luka dan perbaikan epitel.

Zat besi umum diketahui berkaitan dengan darah. Fungsi pentingnya adalah transfer oksigen selama proses respirasi. Zat besi juga digunakan dalam metabolisme energi dan pembentukan ATP. Defisiensi zat besi dalam tubuh sapi akan mengakibatkan anemia, pertumbuhan berkurang, nafsu makan rendah dan penurunan respon imun.

Berikutnya adalah selenium. Diungkapkan Totok, banyak kasus kegagalan reproduksi sapi perah terjadi akibat dari kurangnya zat ini dalam tubuh.

Agar pakan pemulihan bekerja dengan tepat, Totok menyarankan untuk menyusun dari kebutuhan dosis vitamin dan mineral yang cukup untuk pemulihan lalu menyesuaikannya dengan konsumsi harian sapi. Ia pun menilai, sebaiknya pakan pemulihan didesain bertingkat mulai dari 2 kg, naik ke 4 kg, lalu ke 5 kg. “Kami menggunakan organik mineral. Karena tingkat penyerapannya relatif lebih tinggi dari pada anorganik. Apabila feed intake cukup, dengan pakan bernutrisi lengkap dan seimbang, dapat membantu pemulihan serta menghindari infeksi,” pungkasnya. (RZ)

Share your love
Reza Purwantara
Reza Purwantara

Reza Purwantara Firdaus adalah seorang jurnalis agribisnis yang tertarik dengan alam dan proses yang terjadi di sekelilingnya. Memiliki pengalaman dalam dunia fotografi dan videografi. Pernah melalukan ekspedisi lintas selat bali - lombok menggunakan jukung HDPE.

Articles: 0
Chat WA
1
Mau Bertanya?
Hi, bisa saya bantu?