Pemerintah Pacu Pengendalian PMK

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), makin serius menangani pengendalian kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang ternak sapi di beberapa kabupaten di Indonesia. Bantuan logistik berupa vitamin, antibiotik, antipiretik, desinfektan dan alat perlindungan diri (APD) telah didistribusikan ke beberapa wilayah yang diduga terjangkit PMK.

Nasrullah, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, menyampaikan pada 16/5 lalu  Kementan telah melakukan pengiriman logistik tahap kedua ke wilayah yang diduga terjangkit PMK termasuk Jawa Timur dan Aceh. Keseluruhan obat-obatan yang telah dikirimkan adalah senilai Rp534,29 juta dan pengiriman berikutnya akan dilakukan pada tanggal 18 Mei 2022.

“Begitu ada wabah penyakit PMK, kami bersama-sama dengan Pemerintah Daerah terus melakukan koordinasi, sehingga mengetahui kebutuhan apa yang diperlukan untuk dapat mengendalikan penyebaran wabah PMK,” ungkap Nasrullah.

Pengendalian penyebaran PMK, lanjut Nasrullah, menjadi mutlak dilakukan agar kondisi segera ditangani. “Saat ini hewan yang terinfeksi telah diberikan obat, penyuntikan vitamin, pemberian antibiotik, dan penguatan imun. Kondisi terakhir pada hewan ternak yang telah diberikan obat dan vitamin juga sudah mulai membaik,” terang dia.

Kasus PMK Di Indonesia

PMK atau juga dikenal dengan sebutan Foot and Mouth Disease (FMD) bukanlah penyakit baru di Indonesia. Menilik laman resmi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, wabah PMK pertama kali tercatat pada medio 1887 di daerah Malang, Jawa Timur. Kemudian penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah seperti Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan.

Guna menekan laju penularannya, dimulai tahun 1974 kampanye vaksinasi masal pemberantasan PMK mulai digalakkan oleh pemerintah kala itu. Hasilnya, pada periode 1980 – 1982 kasus PMK seolah telah hilang di Indonesia. Namun, pada 1983 ternyata kasus PMK kembali meledak di Jawa Tengah dengan penularan yang meluas ke berbagai daerah.

Gerakan vaksinasi terus digalakkan setiap tahunnya sehingga wabah dapat dikendalikan dan kasus PMK tidak muncul kembali. Barulah pada tahun 1986, Indonesia menyatakan telah terbebas sepenuhnya dari PMK. Pencapaian tersebut diakui di lingkungan ASEAN sejak 1987 dan mendapat pengukuhan oleh organisasi Kesehatan Hewan Dunia (Office International des Epizooties-OIE) sejak 1990.

Disebabkan Virus

PMK adalah salah satu penyakit yang menyerang ternak ruminansia atau ternak berkaki empat yang disebabkan oleh virus dari genus Apthovirus, famili Picornaviridae yang memiliki ukuran sekitar 20 hingga 25 mikron. Satu-satunya penyebab PMK yang menyerang Indonesia saat ini yaitu virus dari tipe O.

Pada wabah yang terjadi pada tahun 1983 diketahui memiliki strain O1. Hasil deteksi strain pada wabah kali ini ternyata lebih kuat dari wabah sebelumnya sehingga vaksin yang dimiliki dari kampanye vaksin 1970-an tidak dapat digunakan. Sehingga harus menemukan vaksin baru melalui serangkaian penelitian. (RZ)

Sumber :

https://www.litbang.pertanian.go.id/info-aktual/18/

Share your love
Reza Purwantara
Reza Purwantara

Reza Purwantara Firdaus adalah seorang jurnalis agribisnis yang tertarik dengan alam dan proses yang terjadi di sekelilingnya. Memiliki pengalaman dalam dunia fotografi dan videografi. Pernah melalukan ekspedisi lintas selat bali - lombok menggunakan jukung HDPE.

Articles: 0
Chat WA
1
Mau Bertanya?
Hi, bisa saya bantu?