Tips Memulai Usaha Penggemukan Sapi Potong

Konsumsi daging masyarakat Indonesia pada 2021 ternyata masih berada di bawah tingkat konsumsi daging dunia. Mengutip databoks dari katadata.co.id, konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia sebesar 2,2 kg per kapita di mana konsumsi dunia sudah mencapai 6,4 kg per kapita. Konsumsi daging sapi di Indonesia ternyata mengalami peningkatan dari 2019 hingga 2021. Dicatat Badan Pusat Statistik melalui data yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), populasi sapi potong di Indonesia pada 2021 lalu sebanyak 18.053.710 ekor. Jumlah ini meningkat sebanyak  613.317 ekor dibanding tahun sebelumnya.

Pemerintah, sebagaimana ditulis dalam bisnis.com, menargetkan peningkatan konsumsi daging sapi menjadi 2,57 kg pada 2022 ini.  Kebutuhan daging otomatis meningkat dari 669.731 ton pada 2021 menjadi 706.388 ton pada 2022.

Total produksi sapi nasional pada 2022 diperkirakan mencapai 436.704 ton, dengan stok awal tahun sejumlah 62.485 ton. Dari angka tersebut, pemerintah menaksir kekurangan stok sebanyak 207.199 ton. Adanya stok cadangan sebanyak 58.886 ton, kebutuhan impor ditaksir menyentuh 266.065 ton. Artinya, industri feedlot atau penggemukan sapi potong dalam negeri masih seksi. Hal ini yang ditangkap oleh Fauzi, Pemilik Berkah Ngopeni Sapi (BNS) Farm yang berlokasi di Jonggol, Bogor, Jawa Barat ini.

Tentukan Pasar Sapi Potong

Fauzi menuturkan kepada pakanpabrik.com, ketika seseorang hendak memulai usaha penggemukan sapi potong, maka perlu untuk menentukan segmentasi pasarnya terlebih dahulu. “Apakah mau menargetkan jagal atau untuk kurban? Itu akan menentukan sapi bakalannya,” ujarnya.

Ketika menyasar pasar jagal, lanjut Fauzi, maka cari bakalan yang berbobot 350 kg ke atas. Setelah melalui proses penggemukan selama kurang lebih 3 bulan, sapi tersebut dapat mencapai bobot hingga 450 kg. Apabila target jagal adalah sapi dengan bobot 500 kg lebih, maka sapi bakalan yang digunakan harus mulai dari 400 hingga maksimal 450 kg. Adapun rata-rata pertambahan bobot sapi ketika panen sekitar 80 – 100 kg, bergantung pada performa sapi yang digemukkan.

Berbeda tentunya ketika feedloter (sebutan untuk pengusaha feedlot), menargetkan pasar kurban. Meski hanya setahun sekali, hari raya umat muslim ini menjadi momen yang ditunggu-tunggu para feedloter, pedagang, dan tentunya umat muslim sendiri. Sapi-sapi yang digunakan untuk pasar hewan kurban haruslah benar-benar dipilih berdasarkan kriteria sahnya hewan tersebut dijadikan hewan kurban. Salah satunya adalah dari sisi umur, maka ketika sapi sudah masuk syarat umur dan sehat, para feedloter sudah menargetkannya sebagai bakalan.

Persiapan sapi untuk kurban

Perbedaan lainnya adalah dari sisi bobot awal sapi ketika digemukkan. Untuk pasar hewan kurban, patokan yang digunakan Fauzi adalah harga bakalan. Ia mencari harga sapi bakalan dengan rentang Rp12-15 juta per ekor, rata-rata sapi yang bagus menurutnya ada di Rp13,5 juta per ekor dengan rentang bobot 250 kg hingga maksimal 300 kg. Asal sudah masuk umur dan dari segi penampilan bagus, Fauzi akan mengambilnya untuk bakalan. Sementara bakalan untuk pasar non kurban, patokannya adalah berat awal sapi.

Ketika memilih bakalan, Ia berpesan agar memperhatikan faktor kesehatannya. “Cari bakalan yang bagus, mata cerah yang sesuai dengan standar pemilihan ternak pada umumnya,” terang dia.

Lama waktu pemeliharaan sapi untuk kurban bergantung pada bakalan yang digunakan. Apabila menggunakan bakalan seharga Rp13,5 juta per ekor, waktunya bisa hanya 3 bulan. Bila bakalan yang digunakan adalah bakalan kecil dengan harga Rp9 – 10,5 juta per ekor, maka lama pemeliharaan dapat mencapai 6 bulan. “Karena untuk pedet, ada masa adaptasi kandang selama 3 bulan. Setelah 3 bulan itu sapi mulai terlihat kuat, baru masuk fase penggemukan 3 bulan lagi,” jelasnya.

Biaya Pemeliharaan

Satu ekor sapi dipatok Fauzi dapat mengeluarkan biaya perawatan sekitar Rp12.500 hingga maksimal 15.000 setiap harinya. Pada saat-saat tertentu dikala harga bahan baku konsentrat mengalami kenaikan seperti ketika hari raya Idul Fitri dan Idul Adha ia pernah sampai mengeluarkan biaya hingga Rp17.500 per ekor per hari. Biaya tersebut diklaim Fauzi telah mencakup semua biaya sejak sapi masuk hingga panen.

Jika ditotal, Fauzi hanya mengeluarkan biaya setidaknya Rp1.350.000 per ekor per siklus 3 bulan. Bahkan dengan biaya termahal, ia hanya mengeluarkan Rp1.575.000 per ekor per siklus 3 bulan. Biaya tersebut memang diakuinya lebih murah ketimbang biaya pemeliharaan para feedloter lain yang umumnya mencapai Rp25.000 per ekor per hari.

Guna mengurangi ongkos produksi, masih menurut Fauzi, wajib bagi feedloter untuk memiliki lahan hijauan yang cukup untuk kebutuhan pakan sapi. Adanya lahan hijauan juga membuat pekerjaan lebih ringan. Anak kandang Fauzi kini hanya merumput sebulan sekali untuk kemudian diolah menjadi silase.

Pembuatan silase ini memerlukan drum bekas bahan kimia dengan kapasitas sekitar 200 kg. Harganya bervariasi di tiap daerah. Fauzi sendiri mendapatkannya dengan harga Rp210.000 per unitnya. Ia memiliki hingga 30 drum yang digunakan untuk membuat silase dan menyimpan konsentrat dari pabrik.

Penjualan untuk Kurban

Pantas saja Fauzi dan feedloter sapi kurban sangat menunggu momen Idul Adha. Bagaimana tidak, dari kulakan sapi bakalan seharga Rp13,5 juta per ekor, ketika dijual ke agen saja harganya mencapai Rp21-22 juta per ekornya. Selisih dari harga kulak saja sekitar Rp8,5 juta per ekor, dengan biaya total yang tak sampai Rp2 juta per 3 bulan masa penggemukan.

Lamanya masa penggemukan dikatakan Fauzi bisa kurang dari 3 bulan, apabila bakalan yang digunakan ternyata memiliki performa bagus. “Ketika baru 2 bulan lebih sedikit pertumbuhan bagus dan ada yang menawar dengan harga pantas. Ya sudah dilepas saja, kenapa harus menunggu lama?” imbuhnya.

Agen yang dimaksud oleh Fauzi adalah orang yang membeli sapinya untuk dijual kembali kepada warga yang memerlukan sapi kurban. Fauzi memberikan diskon kepada para agen yang membeli sapi kurban lebih dari 10 ekor. Diskonnya pun dapat mencapai Rp1 juta per ekor sapi. Para agen tadi menjual kembali ke warga dengan harga mulai dari Rp25 juta per ekor.

Warga juga terkadang datang ke BNS Farm milik Fauzi untuk membeli langsung sapi di sana. Namun, dituturkan Fauzi, mereka biasanya memilih sapi yang berukuran besar yang berada di kisaran harga Rp35-40 juta ke atas.

Guna memberikan layanan lebih kepada pelanggannya, Fauzi memberikan gratis ongkos kirim untuk area Jabodetabek. Sementara untuk daerah seperti Bandung, Cianjur dan luar kota lainnya, ia membebankan ongkos kirim ke pelanggannya sekitar Rp1,2 juta dan tergantung besar kecilnya sapi.

Bagi SobatPakan yang berminat untuk meramaikan pasar sapi kurban, harus bersiap sejak 3-4 bulan sebelum hari raya Idul Adha. Pasalnya, perlu berburu sapi bakalan untuk digemukkan terlebih dahulu. Fauzi juga menyampaikann, agar usaha feedlot dengan pasar sapi kurban benar-benar menghasilkan profit yang berkesinambungan, maka setidaknya SobatPakan harus menyiapkan fasilitas dan memelihara 50 ekor sapi. Selamat mencoba. (RZ)

Share your love
Reza Purwantara
Reza Purwantara

Reza Purwantara Firdaus adalah seorang jurnalis agribisnis yang tertarik dengan alam dan proses yang terjadi di sekelilingnya. Memiliki pengalaman dalam dunia fotografi dan videografi. Pernah melalukan ekspedisi lintas selat bali - lombok menggunakan jukung HDPE.

Articles: 0
Chat WA
1
Mau Bertanya?
Hi, bisa saya bantu?