Utak Atik Pakan Ikan agar Lebih Ramah Lingkungan

Pengembangan pakan ikan ramah lingkungan merupakan suatu keharusan. Terutama kaitannya dengan kualitas air di kolam ikan yang merupakan ladang usaha para pembudidaya.  Pun bagi pabrikan pakan, hal ini bukan hal baru. Sudah sejak beberapa tahun terakhir, pabrikan pakan sebagai salahsatu pelaku industri budidaya perikanan terus berinovasi mengembangkan pakan ini. Di sisi lain, pembudidaya yang makin cerdas menyadari pentingnya menggunakan pakan yang ramah lingkungan untuk budidaya berkelanjutan.

Pakanpabrik.com berkesempatan berbincang dengan Technical Service & Partnership Aquafeed De Heus Indonesia, Budi Mulia untuk membahas lebih jauh seputar pakan ikan ramah lingkungan. Berikut petikan wawancaranya ;

PP           : Mohon dijelaskan, apa yang dimaksud dengan pakan ikan ramah lingkungan?

BM         : Pakan ramah lingkungan adalah pakan yang salah satunya menggunakan sumber bahan baku yang tidak  berkompetisi dengan kebutuhan manusia. Begini, di industri pakan semuanya berawal dari bahan baku yang sebisa mungkin tidak berkompetisi dengan kebutuhan manusia. Misalnya saat ini, beberapa pabrikan dengan sertifikasi ISO atau BAP mengatur dalam penggunaan fish mea//tepung ikan yang berasal dari wild catch karena akan berkompetisi dengan kebutuhan kita sendiri/manusia. Jadi memang harus ada inovasi-inovasi sumber bahan baku lain sebagai sumber bahan baku pengganti salahsatu nya tepung ikan. Perlu juga diperhatikan, pakan ramah lingkungan harus juga mudah ditelusuri dalam penggunaan bahan baku.

PP           : Sejak kapan isu mengenai pakan ramah lingkungan ini mulai muncul?

BM         : Sebenarnya sudah cukup lama sekitar 5-10 tahun lalu, Pabrikan pakan sudah mencari sumber bahan baku lain, dengan memanfaatkan fish by product dan marine by product sebagai alternatif. Edukasi penggunaan pakan apung juga salah satu langkah yang dilakukan dalam konsep pakan ramah lingkungan. Beberapa pabrikan sudah mengarahkan untuk menggunakan pakan apung karena dinilai lebih efektif dan mudah untuk mengontrolnya karena pakan yang tidak termakan akan mengapung. Sedangkan jika pakan tenggelam, kalau ada sedikit over feed saja maka akan terjadi  feed loss.

PP           : Bisa disebutkan Pak apa saja subtitusi bahan baku pakan yang kira-kira tidak berkompetisi dengan kebutuhan manusia?

BM         : Misalnya subtitusi bahan baku fish meal bisa mengganti bahan baku tersebut dengan fish by product dan marine by product dari cold storage, hal ini mendukung zero waste.  Contohnya fillet patin ada by productnya mulai dari kepala, tulang, kulit, isi perut, tulang sedikit daging, dan belly. Nah ini bisa jadi sebagai substitusi bahan baku. Ada juga dari poultry yang sekarang banyak dipakai misalnya Poultry meat meal. Bahan baku poultry meat meal yaitu bahan baku yang bersumber dari by product poultry yang dibuat menjadi tepung. Nah itu contoh-contoh sumber bahan baku dari by product yang dapat digunakan sebagai bahan baku pakan.

PP           : Kenapa pabrik pakan harus mengurangi atau bahkan mensubstitusi penggunaan fish meal sebagai bahan baku pakan?

BM         : Karena kedepannya dengan pertumbuhan populasi manusia terus meningkat, kita akan membutuhkan source itu untuk kebutuhan kita. Saya contohkan, untuk fish meal yang baik mempunyai kandungan protein cukup tinggi berkisar  58-70 % dengan kadar air 5-8%. Bahan baku tersebut berasal dari ikan-ikan laut yang ditangkap dalam jumlah besar dan semakin lama akan semakin menurun sumberdayanya. Nah, kalo kita terus ambil sumber ikan tersebut dari sekarang, bagaimana dengan next generation kita? Apakah mereka bisa merasakan makan sarden atau jenis-jenis ikan lainnya bila kita habiskan sumberdaya tersebut?

PP           : Lalu apakah dengan substitusi atau mengurangi kandungan fish meal kualitas pakan bisa tetap sama atau terjaga?

BM         : Nah disitulah yang menjadi tantangan dari setiap pabrik pakan. Bagaimana mereka ikut berperan serta menjaga ekosistem lingkungan dengan tetap mempertahankan kualitas pakan mereka. Peran teknologi dan inovasi disini sangat penting. Misal, jika biasanya pake fish meal lalu diganti dengan fish by product, marine by product, soybean meal dan bahan bahan addtive lainnya kemudian di formulasikan secara khusus agar dapat menjamin terjaganya kualitas pakan yang optimal.

PP           : Sejauh mana pabrik pakan sudah menerapkan konsep pakan ramah lingkungan?

BM         : Ini sudah dimulai sejak lama ya, kita sudah tidak lagi menggunakan fish meal sudah 5-8 tahun kebelakang.

PP           : Dengan substitusi fish meal apa akan mempengaruhi cost produksi pakan?

BM         : Sebenarnya ini cenderung tetap karena dominasi bahan baku juga dari agriculture sangat related dengan musim, situasi ekonomi dan politik, pandemi, dll. Sama seperti bahan baku yang berasal dari laut, bisa banyak bisa sedikit sehingga bisa jadi lebih mahal. Ini sangat kondisional sekali. Selain itu, bahan baku juga masih banyak yang impor. Nah contohnya perang antara Rusia dan Ukraina juga cukup berpengaruh terhadap ketersediaan bahan baku pakan ikan berupa gandum dll sehingga pabrikan pakan harus mencari pengganti bahan tersebut.

Hal-hal ini yang akhirnya turut mempengaruhi harga pakan, disamping itu salahsatunya dikarenakan biaya logistik meningkat dan distribusi yang cukup terganggu. Selain gandum, soy bean juga naiknya luar biasa. Harga bahan baku kenaikannya rata-rata di 7%, ada yang 5-10%. Jadi tantangannya sekarang bukan hanya mengubah dari fish meal ke agriculture tapi ketika agriculture-nya sedang bermasalah juga maka kita harus berpikir keras untuk cari substitusinya. Itulah tugas yang diemban R&D pabrikan pakan.

PP           : Kembali ke pakan tenggelam, apakah pakan tenggelam akan terus diproduksi mengingat potential lost feed nya tinggi?

BM         : Pembudidaya sekarang sudah sangat cerdas, mereka sudah berpikir jika yang mereka berikan ke ikan secara fisik berupa pakan melainkan itu juga uang/modal. Jadi jika mereka ceroboh dalam proses feeding, maka beresiko kehilangan uang sehingga mereka akan memberikan pakan secara hati-hati/perlahan-lahan.

Biasanya pertimbangan pembudidaya memilih pakan tenggelam karena harga yang masih dibawah pakan apung. Kedua ketika dia memilih pakan tenggelam artinya feeding harus hati-hati. Yang ketiga, mau pakan tenggelam ataupun apung yang penting feed cost-nya masih acceptable. Misal pakan apung lebih mahal tapi feed cost-nya bisa lebih rendah maka akan dipilih. Pembudidaya sekarang tidak lagi melihat harga atau jenis pakan (apung atau pellet), tapi biaya pakan yang dibutuhkan selama budidaya dengan panen yang dihasilkan.

PP           :  Apakah ada standar FCR ideal untuk budidaya air tawar?

BM         : Sebenarnya tidak ada ya karena masing-masing karakter budidaya dari tiap area berbeda. Mulai dari airnya, pola/ manajemen yang diterapkan, manajemen pakan, sumber daya manusia, sistem kolam yang digunakan, dll. Tapi secara umum, contohnya untuk lele, FCR nya 1:1 berarti yang berarti 1kg ikan dihasilkan dari 1 kg pakan, ikan nila FCR-nya 1,25 – 1,4 dan ikan mas bisa di 1,45-1,6.

Justru yang saya cermati, saat ini pembudidaya sudah semakin aware dengan perhitungan biaya pakan, nilai FCR, biaya benih dan biaya operasional yang dikeluarkan. Hal ini menjadi pertaruhan pabrik pakan karena akhirnya yang harus diadu di depan customer adalah kualitas pakan itu sendiri. Mereka akan berlomba-lomba disitu hingga kualitas pakan di depan customer menjadi diibaratkan seperti 11 – 12 antara 1 pabrikan pakan dengan yang lain, hingga technical support service yang akan menjadi keharusan dalam mendukung proses budidaya ikan.

PP           : Apa pengaruh pakan ikan ramah lingkungan terhadap hasil budidaya?

BM         : Kalau pembudidaya tentu lihatnya performance. Hasil panen yang optimal dengan biaya pakan yang rendah sehingga budidaya menjadi menguntungkan dan berkelanjutan.

PP           : Bagaimana pakan ikan ramah lingkungan bisa mendukung konsep zero waste di industri perikanan?

BM         : Dalam proses budidaya, hasilnya adalah ikan yang bisa langsung dijual dan ada yang masuk ke cold storage. Nah yang dimaksud konsep zero waste adalah ikan yang diproses ke cold storage, hasil produknya berupa fillet-nya dikonsumsi, kemudian by product nya kembali diolah menjadi bahan baku pakan. Ini yang saya maksud tadi menggunakan substitusi bahan baku fish by product dari cold storage yang diolah menjadi bahan baku pakan. By product dari ikan tawar dan laut juga banyak, sehingga konsep zero waste bisa diterapkan dengan benar-benar tidak ada yang terbuang.

PP           : Terakhir Pak, apa yang harus diperhatikan pembudidaya dalam memilih pakan?

BM         : Yang terpenting harus disesuaikan dengan spesies yang dibudidayakan, karena setiap jenis pakan pastinya sudah diformulasikan khusus sesuai dengan jenis ikan yang dibudidayakan. Biasanya pembudidaya pemula hanya liat via Youtube yang terlihat mudah lalu menggunakan pakan yang tidak sesuai spesifikasi. Misal spesifikasi pakannya, kandungan proximat, dll coba sesuaikan dengan spesies yg dipelihara. Kalo dari kandungan masing-masing pabrikan mungkin mirip, maka akan ada pertaruhan quality di lapangan untuk menentukan strategi selanjutnya. Intinya semua untuk kebaikan pembudidaya. Pembudidaya bisa perform, pabrikan pakan bisa cuan.

Rubrik Seputar Pakan berisi wawancara dengan praktisi terkait informasi seputar pakan ternak, budidaya & hewan kesayangan. Kirimkan pertanyaan atau permintaan topik mengenai pakan yang ingin dibahas ke email [email protected]

Share your love
Utari Dewi
Utari Dewi

9 tahun berkarir sebagai marketing di salahsatu media agribisnis peternakan dan perikanan nasional dengan expertise penulisan advertorial. Saat ini fokus sebagai freelance writer & project event di sektor peternakan dan perikanan.

Articles: 28
Chat WA
1
Mau Bertanya?
Hi, bisa saya bantu?